Senin, 25 Oktober 2010

Metode cerita dalam pembelajaran

Anak-anak pasti suka dongeng.  Kegiatan mendongeng atau bercerita ini dapat guru gunakan dalam menciptakan pembelajaran PKn yang menyenangkan. Metode bercerita ini dapat menarik minat belajar siswa. Selain itu  memiliki tujuan yang luhur karena  bermuatan  pesan moral yang baik dan sangat berarti  bagi perkembangan  jiwa anak. Mendongeng pun menjadi cara termudah mengajari sesuatu kepada anak anak tanpa kesan menggurui. Dengan kata lain tujuan utama mendongeng adalah memperkaya  pengalaman batin anak dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan cara yang paling sederhana dan menarik – (  Kak Kusumo -  http://www.rajadongeng.com . )
Menciptakan pembelajaran PKn yang menyenangkan dengan metode  bercerita,  menjadi salah satu teknik pembelajaran yang berguna dalam membangun  karakter dan kepribadian siswa.  Dalam kegiatan ini,  guru harus pandai memilih cerita yang sesuai dengan perkembangan anak ,  pun  diselaraskan dengan tujuan pembelajaran atau Kompetensi Dasar yang sedang ditanamkan . Ajaklah anak-anak duduk melingkar di atas karpet. Perlihatkan buku yang akan dibacakan. Kondisikan siswa agar fokus pada cerita yang akan disampaikan .
Selain mengambil kisah-kisah dari buku cerita yang sudah ada,  guru dapat pula menciptakan sebuah cerita  dengan melibatkan anak dalam alur cerita.  Contoh dalam pembelajaran dengan KD 1.1 Mengenal Pentingnya Hidup Rukun, Saling Berbagi dan Tolong Menolong- mata pelajaran PKn Kelas 2 SD semester 1.
  • Guru memulai kisah dengan : Di sebuah hutan hiduplah seekor anak ayam. ( Guru berjalan dan bersuara seperti anak ayam yang menciap-ciap) . Suatu hari anak ayam bertemu dengan kambing.
  • Guru meminta seorang anak maju ke depan ,  berjalan dan bersuara seperti kambing. Dari dialog diketahui bahwa anak ayam kehilangan induknya. Ia mencari pertolongan. Adakah teman-teman yang dapat menolongnya?
  • …. (kisah dikembangkan guru) …  anak ayam dan kambing bertemu dengan 2 ekor kuda( guru meminta 2 anak untuk berperan seperti kuda) akhirnya mereka bertemu dengan harimau. ( guru meminta satu orang anak  menjadi harimau) pada bagian ini pastilah anak-anak berebutan untuk berperan menjadi harimau. Pilihlah salah seorang dari mereka yang mewakili karakter harimau.
  • Kambing, kuda dan harimau membantu anak ayam mencari induknya. Hingga sore hari si induk ayam tak diketemukan juga. Mereka kecapaian ( guru meminta semua anak berakting seperti kecapaian)
  •  Akhirnya anak ayam dapat menemukan induknya berkat pertolongan teman-teman binatang.
Setelah selesai bercerita, guru dapat mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis sesuai dengan isi cerita yang telah didengarkan. Selain berguna untuk mengukur sejauh mana pemahaman anak terhadap cerita, juga sebagai alat penilaian di akhir pembelajaran.

PEMBELAJARAN IPS di SEKOLAH DASAR

Pendahuluan 

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan  kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan  pendidikan tertentu. Berdasarkan  Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 
Atas dasar pemikiran tersebut maka perlu dikembangakan  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 bahwa kurikulun Satuan Pendidikan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah  mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan.
KTSP diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006/2007 hingga tahun ajaran 2009/2010 sudah merata di semua kelas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah .  Gaung nya sudah menggema ke seluruh pelosok persada tanah air tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya di kalangan pendidikan. Dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat 8 mata pelajaran ditambah muatan lokal, yang diantaranya terdapat mata pelajaran IPS.
Tulisan ini mencoba memberikan deskripsi tentang hal-hal apa saja yang perlu diketahui, dipahami, dan diimplementasikan dari KTSP SD khususnya  mata pelajaran  IPS;  diantaranya pelajaran IPS untuk sekolah dasar, pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas, pelajaran IPS dalam struktur KTSP SD, tema-tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian, metode pembelajaran IPS SD, penlaian,dan penutup.

1. Pelajaran  IPS untuk Sekolah Dasar
Pelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum  mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambing, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya : dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa-RT/RW-tetangga-keluarga-Aku. 

2. Pola Pendekatan Lingkungan yang Semakin Meluas
Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara-negara  tetangga, kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika  orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan, anak adalah entitas yang unik, yang memiliki berbagai potensi yang masih latent dan memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang memulai dari egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi anak (Farris and Cooper, 1994 : 46).
3. Pelajaran IPS dalam Struktur KTSP SD
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik. Agar diterima, hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara public  (Welton and Mallan, 1988 : 66-67).
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial . Memuat  materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta amai.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik  memiliki kemampuan sbb:
a.        Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
b.       Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keteramplan dalam kehidupan sosial
c.        Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d.       Memiliki kemampuan berkomonikasi,  bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sbb:
a.        Manusia, tempat, dan lingkungan
b.       Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
c.        Sistem sosial dan budaya
d.       Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
4. Tema-tema IPS SD yang Perlu Mendapat Perhatian
Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain :
a.        IPS SD sebagai Pendidikan Nilai (value education), yakni : Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat; Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; Nilai-nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
b.       IPS SD sebagai Pendidikan Multikultural (multicultural _ocial_on), yakni  Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar;Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa;· Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.
c.        IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education), yakni : Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.
5. Metode Pembelajaran IPS SD
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model; role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)  yang memungkinkan anak  mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangakan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sember dan alat Bantu belajar termasuk pemnfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Tentu saja guru harus menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik.
6. Penilaian
Penilaian dilakukan melalui penilaian berbasis kelas. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapai indikator hasil belajar siswa, dengan menerapakan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, adanya bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten. Penilaian pencapaian kompetensi sebgai hasil belajar siswa diperoleh melalui serangkaian penilaian selama dan setelah proses belajar mengajar, yang meliputi ranah kognitif,efektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam bentuk alat penilaian. Selain penilaian tertulis , dapat juga menggunakan model penilaian perbuatan, penugasan,produk atau portofolio.
Penutup 

Dengan diberlakukannya KTSP di Sekolah Dasar hendaknya guru dalam memberikan pelajaran IPS memperhatikan berbagai keragaman, kebutuhan anak yang berusia diantara 6 sapai 12 tahun , di mana  anak memandang,melihat segala sesuatu itu sebagai satu keutuhan, konkrit bukan sebaliknya sebagai sesuatu yang abstrak  .
Landasan permasalahan yang menyangkut kondisi kemasyarakatan membebani IPS SD dengan tekanan-tekanan dalam bentuk tuntutan keinginan dan harapan yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan fisik, mental, dan intelektual siswa SD, dan berada di luar jangkauan peraihannya.
Bagi guru, tekanan dan tuntutan melaksanakan program baru ini juga tidak kecil. Mereka harus dipersiapkan agar mampu menyajikan ilmu untuk jenjang Sekolah Dasar dengan metode-metode pembelajaran yang beragam, bervarisi,aktif, efektif dan menyenankan agar lebih menarik.

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN di SD

Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata "paid" artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga " pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak".

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Unsur-Unsur Pendidikan

1. Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

a. Alat dan Metode

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.

b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Medan (ANTARA News) - Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD).

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD. 

Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa.

"Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed).

Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain. 

"TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya.

Menurut dia, dalam menanamkan karakter pada seseorang yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran bersifat universal. 

Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.

Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa. 

"Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.

"Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa manapun," katanya.

Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia tahun lalu. (*)

Berbagi satu ruang untuk kegiatan belajar dua kelas adalah hal yang biasa dilakukan di SD Negeri 02 Sendang, sebuah SD terpencil yang memiliki murid sekitar 40 anak, yang terletak di dusun ngantup desa Nyawangan kecamatan Sendang Tulungagung.
Aroma khas pegunungan mulai menyeruak masuk hidung, udara pagi itu begitu dingin. Dengan jarak tempuh sekitar 35 km dari wilayah kota Tulungagung, empat orang kru DIMeNSI melakukan investigasi di Sekolah Dasar Negeri 02 Sendang, yang persis terletak di Dusun Ngantup, desa Nyawangan kecamatan Sendang Tulungagung.
Walau jalan yang dihadapi begitu tajam dan berkelok-kelok, hal ini tidak menyurutkan keinginan empat kru DIMeNSI untuk melihat dari dekat SD yang telah berdiri sekitar 39 tahun yang lalu ini. Keempat kru DIMeNSI disambut begitu hangat oleh para guru SD ini, saat itu tengah berlangsung Ujian Akhir Sekolah (UAS) untuk kelas 1-5.
Sarana Prasarana yang Terbatas
SD Negeri 02 Sendang ini adalah satu dari 35 SD di daerah Sendang (Tulungagung dalam Angka, BAPPEDA 2006) yang hampir saja luput dari perhatian masyarakat Tulungagung. Sekilas dari kejauhan bangunan SD yang beratap asbes ini tidak bermasalah, tetapi jika kita megamatinya lebih dekat, akan tampak sekali kalau bangunan itu kurang perawatan. Tiang-tiang penyangga yang lapuk serta langit-langit yang jebol dimakan waktu, serta ruang kelas yang sebenarnya kurang layak untuk melakukan proses pembelajaran.
SD yang teletak di daerah perkebunan karet dan terletak di puncak gunung ini, hanya memiliki 3 ruang kelas. Di setiap kelasnya, ada sebuah papan sekat yang membagi ruangan menjadi dua. Sehingga ada dua kegiatan belajar mengajar di setiap ruang kelasnya. Kelas satu digabung dengan kelas dua, kelas tiga digabung dengan kelas empat, dan kelas lima digabung dengan kelas enam."Dalam keseharian mengajar, kita harus benar-benar menjadwal dengan baik, nanti kalau yang satu matematika, lalu yang kelas sebelahnya menyanyi, kasihan kan?" tutur Agus Indarto, salah seorang guru yang mengajar di SD ini.
SD ini memulai aktivitas belajar mengajarnya pada pukul delapan pagi bahkan bisa dimulai pukul setengah sembilan. "Jam segitu, sampean (jawa: kamu; red) tanya saja, 97% dari mereka pasti belum makan pagi." Masih Agus. Menurut pengakuan mereka, pernah ada juga murid yang pingsan saat upacara karena belum makan. Eva (9), sejak kelas 1 SD menempuh pendidikan dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Selain itu, dia dan juga beberapa temannya harus menempuh perjalanan yang jauh untuk menuju sekolahnya ini. Di samping itu, dia juga menjajakan makanan kecil kepada teman-temannya untuk menambah penghasilan kedua orang tuanya. "Berangkatnya jam enam pagi, terus sampai sekolah ya jam setengah tujuh" tutur Gunawan, yang saat ini sedang duduk di kelas 3 SD bersama 6 orang temannya.
Dengan latar belakang daerah pegunungan, yang sebagian besar bermata pencaharian petani dan penyadap karet, membuat masyarakat itu minim pengetahuan. "Dulu, pernah kejadian begini, pas upacara bendera, tiba-tiba ada seekor kidang (rusa;red) yang muncul di sekitar kawasan sekolah ini, tanpa disuruh pun, semua murid yang ikut upacara bubar." Terang Agus sembari tertawa kecil, yang diikuti oleh empat kru DIMeNSI yang lainnya.
Minim kesejahteraan
Persoalan yang banyak menjadi keluhan para guru adalah lokasi yang terpencil dengan jalan yang masih belum beraspal. Tidak jarang jika musim penghujan banyak dari guru yang jatuh dari sepeda motor karena jalan yang teramat sulit dan licin. Di samping itu kesejahteraan para guru dan kepala sekolah masih memprihatinkan. Seperti yang di ungkapakan oleh Nurohmad, "Saya sudah mengajukan mutasi sebanyak tiga kali akan tetapi belum ditanggapi."
Selain itu, sedikit sekali bantuan yang diberikan untuk menyejahterakan sekolah ini. Yang pernah diberikan adalah bantuan uang transportasi 30 ribu, dua kali saja selama dua tahun, juga bantuan sepatu untuk guru-guru hanya sekali saja. "Ya sepatu yang sekarang saya pakai ini," ungkap Nurohmad, laki-laki paruh baya yang telah mengabdikan dirinya selama 21 tahun di SD Negeri 02 Sendang ini, sembari memperlihatkan sepatu yang bagian talinya bertuliskan guru kepada kru DIMeNSI. Dia mengabdikan dirinya bersama 10 orang guru yang lainnya, empat orang diantaranya adalah pegawai negeri sipil, dua orang yang lainnya adalah calon pegawai negeri, sedangkan empat sisanya adalah guru honorer. Mereka semua harus menempuh perjalanan beberapa kilometer setiap harinya untuk mengajar.. "Dulu, juga pernah ada bantuan uang makan untuk murid-murid dari Pak Bupati, 500 ribu. Setelah beliau pulang, beberapa hari kemudian saya pernah mencoba menghubungi beliau untuk berterimakasih, tapi berkali-kali saya coba tidak pernah diangkat," kata Agus, "ya sama dengan falsafah lama to, yang dekat dewa yang enak," sahut Nurohmad. "ya, bukannya gimana-gimana, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih saja," balas Agus, laki-laki yang berdomisili di Gedang Sewu Tulungagung ini.
Layaknya SD pada umumnya, jangan dibayangkan siswa di sini berseragam lengkap. Ada sebagian yang tidak berseragam, bahkan ada yang membawa adiknya ke sekolah, atau istilah jawanya momong(mengasuh;red), hal ini dilakukan karena di rumah tidak ada yang mengasuh, ditinggal orang tua mereka bekerja seharian di ladang atau menyadap karet. Pada sekitar tahun 1992, dengan membawa seragam sekolah, guru-guru menghampiri rumah-rumah penduduk untuk mengajak anak-anak usia sekolah mau belajar di SD ini.
Di tengah-tengah wawancara, seorang anak kelas enam, yang berjalan bersama kerumunan teman-temannya yang hendak pulang, bertanya kepada Agus dan Nurohmad, "Pak, besok bawa tas nggak?", Agus pun menjawab, "Sembarang nduk, bawa takir yo oleh sing penting mlebu (terserah nak, membawa takir(jawa: makanan bungkus) juga boleh, asalkan masuk sekolah;red)."
Sambutan ramah dan hangat, jalan berkelok-kelok nan terjal yang membuat adrenalin dalam darah meningkat, senyum anak-anak kecil yang ceria nan polos, adalah kenangan yang tak terlupakan saat empat kru DIMeNSI meninggalkan SD ini. Terbersit satu tanya, sampai kapankah proses pendidikan mereka akan terus seperti ini?  (crew LPM DIMeNSI)